Pengelolaan Perpustakaan Sekolah
A. Latar Belakang
Perkembangan
IPTEK khususnya teknologi informasi memasuki millennium ketiga banyak mempengaruhi
keberadaan dan perkembangan perpustakaan. Perpustakaan sebagai lembaga yang
mengelola sumber informasi dan pelestarian bahan pustaka hasil budaya bangsa
serta melakukan jasa informasi perlu dipersiapkan dan dikelola secara baik dan
professional agar dapat mewujudkan system perpustakaan yang unggul dan
perpustakaan yang bermuara pada kepuasan pengguna perpustakaan (pemustaka).
Dari sini perpustakaan dapat menunjukkan eksistensi dan perannya dalam
menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan persaingan.
Perpustakaan sekolah dewasa ini bukan
hanya merupakan unit kerja yang menyediaakan bacaan guna menambah pengetahuan
dan wawasan bagi murid, tetapi
juga merupakan bagian yang integral dari proses pembelajaran. Artinya, penyelenggarakan
perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan
mengadakan bahan bacaan bermutu yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan
kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi dan kegiatan penunjang lain,
misalnya berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah.
B. Pengertian Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan Sekolah adalah
perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan sekolah, yang merupakan bagian
integral dari sekolah yang bersangkutan dan merupakan sumber belajar untuk
mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan (Perpusnas,
2001).
Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah, bahwa setiap sekolah/madrasah untuk semua jenis
dan jenjang yang mempunyai jumlah tenaga perpustakaan sekolah/madrasah lebih
dari satu orang, mempunyai lebih dari enam rombongan belajar (rombel), serta
memiliki koleksi minimal 1000 (seribu) judul materi perpustakaan dapat
mengangkat kepala perpustakaan sekolah/madrasah.
C. Fungsi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah sebagai
perangkat pendidikan di sekolah merupakan bagian integral dalam sistem kurikulum
sekolah berfungsi sebagai :
1. Pusat kegiatan belajar
mengajar.
Perpustakaan sekolah
menyediaakan koleksi bahan perpustakaan untuk mendukung proses belajar
mengajar.
2. Pusat penelitian sederhana.
Perpustakaan sekolah
menyediakan koleksi bahan perpustakaan yang bermanfaat untuk melaksanakan
penelitian sederhana bagi peserta didik.
3. Pusat membaca guna menambah
ilmu pengetahuan dan rekreasi.
Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi
bahan perpustakaan yang bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu
pengetahuan serta rekreasi intelektual bagi peserta didik dan tenaga
kependidikan.
D. Pengembangan Koleksi
Menurut Pedoman Perpustakaan Sekolah
IFLA/UNESCO, bahwa koleksi bahan perpustakaan sekolah yang sesuai hendaknya
menyediakan 10 (sepuluh) buku per murid. Sekolah terkecil hendaknya memiliki
paling sedikit 2.500 judul materi perpustakaan yang relevan dan mutakhir.
Paling sedikit 60 % koleksi perpustakaan terdiri dari buku non fiksi yang
berkaitan dengan kurikulum. Sedangkan menurut pasal 23 ayat (2) Undang-Undang
No.43 tahun 2007 bahwa perpustakaan sekolah wajib memiliki koleksi buku teks
pelajaran yang ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan pendidikan yang
bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan
pendidik. Oleh karena itu untuk pengembangan perpustakaan, Sekolah/madrasah
mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional
sekolah/madrasah. Pemilihan
bahan pustaka merupakan kegiatan awal dari pembinaan koleksi. Pembinaan koleksi
harus direncanakan sebaik-baiknya agar layanan yang diberikan oleh perpustakaan
benar-benar dapat memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan.
1. Alat-alat Pemilihan dan Verifikasi
Pemilihan bahan pustaka dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai
alat pemilihan sebagai berikut :
a.
Bibliografi subyek khusus;
b. Daftar tambahan koleksi (accession list)
perpustakaan lain;
c.
Timbangan buku;
d.
Masukan dari pengguna perpustakaan.
Disamping
itu, perpustakaan dapat memanfaatkan berbagai alat verifikasi sebagai sarana
bantu identifikasi bahan sebagai berikut:
a.
Katalog penerbit baru;
b.
Bibliografi nasional maupun internasional;
c. Iklan dalam surat kabar atau majalah.
Dengan kemajuan teknologi sekarang ini,
Pangkalan Data Penerbit yang dapat diakses melalui internet digunakan sebagai
sarana bantu pemilihan dan verifikasi.
2. Cara Pengadaan
Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu :
a. Pembelian
Cara-cara pembelian bahan
pustaka :
1)
Pemesanan langsung kepada penerbit
Cara ini dapat ditempuh baik untuk bahan yang diterbitkan di dalam negeri
maupun di luar negeri. Dalam hal tertentu, pembelian juga dapat dilakukan
langsung di toko buku di dalam negeri.
2)
Pemesanan melalui agen
Pemesanan melalui agen dilakukan melalui agen dalam negeri ataupun luar
negeri. Tata cara pemesanan melalui agen ini ditempuh apabila bahan yang
dipesan dalam jumlah banyak dan diterbitkan oleh bermacam-macam panerbit.
3)
Pemesanan secara tetap (standing order)
Bahan pustaka yang terbit secara berkala atau berseri atau yang
dilengkapi dengan suplemen dapat dipesan melalui pesanan tetap. Dengan cara ini
setiap kali bahan pustaka terbit, secara otomatis pemesan akan memperoleh bahan
tersebut.
b. Tukar menukar
Tukar menukar biasanya dilakukan dengan perpustakaan lain. Untuk
pengadaan bahan pustaka melalui cara tukar menukar ini perpustakaan harus
mempunyai bahan yang dapat dipertukarkan. Bahan yang dipertukarkan dapat berupa
terbitan yang dikeluarkan oleh lembaga induknya, atau diambil dari koleksi yang
jumlah eksemplarnya berlebih. Bagi perpustakaan yang melaksanakan kegiatan ini
perlu melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1) Mendaftar bahan pustaka yang
dipertukarkan;
2) Mengirim daftar penawaran disertai dengan
persyaratannya, misalnya biaya pengiriman, pengambilan, dan sebagainya;
3) Menerima kembali daftar penawaran yang
telah dipilih oleh pemesan;
4)
Mencatat alamat pemesan;
5)
Menyampaikan bahan pustaka yang dipilih kepada pemesan.
c. Hadiah
Cara lain untuk menambah
koleksi perpustakaan adalah melalui hadiah. Satu hal yang perlu diperhitungkan
dari pengadaan koleksi melalui hadiah adalah sering diperolehnya koleksi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan, atau koleksi yang sudah kadaluwarsa. Sehubungan
dengan hal-hal tersebut penanganan hadiah harus tercantum dalam kebijakan
pengembangan koleksi.
Bahan pustaka hadiah dapat
diperoleh secara langsung dari penyumbang atau diminta. Hal-hal yang perlu
dilakukan oleh perpustakaan yang menerima hadiah secara langsung adalah:
1) Meneliti bahan pustaka hadiah dan
mencocokkan dengan surat pengantarnya;
2)
Memilih bahan pustaka yang diperlukan;
3) Menyisihkan hadiah yang tidak diperlukan.
Adakalanya perpustakaan mengajukan
permintaan sumbangan bahan pustaka dari perpustakaan atau instansi lain. Untuk
keperluan tersebut, perpustakaan sebaiknya :
1) Menyusun daftar pustaka yang diperlukan;
2)
Mengirim surat
permohonan sumbangan;
3) Memeriksa dan mencocokkan daftar kiriman
dengan surat pengantarnya bila bahan pustaka sumbangan sudah dikirim;
4)
Mengirim kembali surat pengantar disertai ucapan terima
kasih.
d. Titipan
Penambahan koleksi dengan titipan adalah penambahan bahan pustaka
perorangan atau lembaga lain yang ditempatkan pada suatu perpustakaan agar bisa
dimanfaatkan oleh pengguna.
e. Terbitan Sendiri
Untuk melengkapi koleksinya, perpustakaan hendaknya menghimpun semua
bahan pustaka yang diterbitkan oleh lembaga yang bersangkutan, misalnya :
buletin, brosur, jurnal ilmiah, majalah, laporan penelitian dan lain-lain.
Koleksi ini sangat membantu kelancaran tugas lembaga ilmiah dalam penyebaran
informasi yang diterbitkan oleh lembaga tersebut, karena bahan jenis ini
biasanya tidak ada di pasaran sedangkan informasinya sangat penting bagi
lembaga ilmiah lainnya.
E. Pengolahan Koleksi
Bahan
pustaka yang telah diadakan segera diolah agar dapat dimanfaatkan oleh
pengguna. Tujuan pengolahan koleksi adalah membuat sarana temu kembali sehingga
memungkinkan pengguna menemukan kembali bahan pustaka melalui titik akses pengarang, judul dan subjek pada
sistem katalog berabjad dan melalui kelas pada susunan koleksi di rak.
Kegiatan pengolahan terdiri dari :
1.
Pengatalogan deskriptif;
2.
Analisis subjek;
3.
Klasifikasi;
4.
Penentuan tajuk;
5.
Pembuatan perlengkapan fisik pustaka.
Adapun alat-alat Bantu yang dapat
digunakan sebagai alat bantu pengolahan bahan perpustakaan, antara lain :
1. “Peraturan Katalogisasi Indonesia”, edisi
4 (Perpustakaan Nasional 1994).
2. “Daftar
Tajuk Subjek untuk Perpustakaan”, edisi 4 (Perpustakaan Nasional RI, 1994).
3.
“Terjemahan
Ringkasan Klasifikasi Desimal Dewey dan Indeks Relatif” (Perpustakaan Nasional
RI, 1994).
Kegiatan
pengolahan pustaka dirinci lebih lanjut sebagai berikut :
1.
Pengatalogan deskriptif
Kegiatan pengatalogan deskriptif adalah menentukan tajuk entri utama dan
tajuk entri tambahan. Kegiatan ini
didasarkan pada Peraturan Katalogisasi Indonesia edisi 4 (Perpusatakaan Nasional,
1994) yang bersumber pada peraturan pengkatalogan standar internasional yaitu :
“The Anglo American Cataloguing Rules”, (AACR).
2.
Penentuan nomor Klasifikasi
Penentuan nomor klasifikasi diawali dengan kegiatan analisis subjek bahan
pustaka. Hasil analisis subjek tersebut
digunakan untuk menentukan nomor klasifikasi bahan pustaka dengan menggunakan
sarana bantu antara lain “Dewey Decimal Classification“.
3.
Penentuan tajuk subjek
Disamping untuk menentukan nomor klasifikasi, hasil analisis subjek bahan
pustaka juga digunakan sebagai dasar dalam penentuan tajuk subjek bahan
pusataka dengan memanfaatkkan sarana bantu “Daftar Tajuk Subjek untuk
Perpustakaan”, edisi 4. (Perpustakaan Nasional,1994).
4.
Kegiatan pengolahan dilanjutkan dengan pembuatan kartu
katalog yang kemudian digandakan sesuai kebutuhan (pengarang, judul, subjek dan
jejakan lain) serta shelf list dan
dijajarkan pada laci-laci catalog dengan menggunakan system penjajaran yang
telah ditentukan. Perpustakaan yang
telah menggunakan sarana bantu computer dalam pengolahan bahan pustaka, secara
berkala dianjurkan melakukan “backup”
data.
5.
Kegiatan ini diakhiri dengan pembuatan kelengkapan fisik bahan pustaka seperti label, kartu
buku, lembar tanggal kembali dan kantong buku.
F. Pengaturan Koleksi
Berikut
ini diuraikan cara-cara pengaturan koleksi :
1.
Pengaturan buku
Buku diatur menurut urutan subjek dan ditempatkan pada rak buku yang
tersedia. Buku yang berukuran lebih
tinggi atau lebar (oversize book) ditempatkan
terpisah dari buku yang berukuran biasa.
Selain itu pengaturan buku disesuaikan dengan kegunaan masing-masing
buku tersebut, misalnya buku-buku rujukan tidak disatukan dengan buku-buku
bacaan lainnya.
2.
Pengaturan bahan bukan buku
Bahan pustaka bukan buku misalnya peta, bahan audio visual, disket, CD
dan lain-laim ditempatkan di pada tempat khusus sesuai dengan jenis bahan
tersebut.
3.
Pengaturan majalah
Majalah lepas di simpan dalam
kotak dan ditempatkan pada rak berdasarkan urutan abjad judul majalah. Majalah yang dianggap penting, setelah lengkap
terkumpul dikirimkan ke bagian penjilidan.
Penyusunan majalah yang sudah dijilid di dalam rak juga berdasarkan
urutan abjad judul majalah atau nomor klasifikasi.
4.
Pengaturan surat
kabar
Surat kabar baru disusun pada
alat penjepit surat kabar. Setelah terkumpul
lengkap selama satu minggu, surat kabar dikeluarkan dari alat penjepit untuk
menunggu pengolahan selanjutnya, misalnya menjadi koleksi guntingan surat kabar
atau untuk penyusunan indeks artikel surat kabar.
G. Layanan Perpustakaan
Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan teknis yang pada
pelaksanaannya perlu ada perencanaan dalam penyelenggaraannya. Layanan
perpustakaan akan berjalan dengan baik apabila akses layanan yang digunakan
tepat dan sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
Ada tiga jenis
layanan perpustakaan, yakni layanan
terbuka (open access) dan layanan
tertutup (closed access), serta layanan gabungan keduanya. Ketiga
layanan ini ada hubungannya dengan cara bagaimana perpustakaan memberikan
kesempatan kepada pembaca untuk menemukan bahan pustaka yang mereka inginkan..
Masing-masing layanan tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahannya, dan
berbeda.
1.
Layanan terbuka (open access)
Layanan terbuka memberikan
kebebasan kepada pemakai untuk menemukan dan mencari bahan pustaka yang diperlukan.
Pemakai diizinkan langsung ke ruang koleksi Perpustakaan, memilih dan mengambil
bahan pustaka yang diinginkan. Tujuan akses layanan terbuka adalah memberikan
kesempatan kepada pemakai untuk mendapatkan koleksi seluas-luasnya, tidak hanya
sekedar membaca-baca di rak, tetapi juga mengetahui berbagai alternatif dari
pilihan koleksi yang ada di rak, yang kira-kira dapat mendukung penelitiannya.
Akses layanan terbuka biasanya diterapkan untuk layanan di Perpustakaan umum,
Perpustakaan sekolah, dan Perpustakaan perguruan tinggi.
Ada
beberapa kelebihan yang dapat diambil, apabila Perpustakaan menggunakan akses layanan
terbuka, antara lain adalah :
a. Pemakai bebas memilih bahan pustaka di
rak;
b. Pemakai tidak harus menggunakan katalog;
c. Pemakai dapat mengganti bahan pustaka yang
isinya mirip jika bahan pustaka yang dicari tidak ada;
d. Pemakai dapat membandingkan isi bahan
pustaka dengan judul yang dicarinya;
e. Bahan pustaka lebih bermanfaat dan
didayagunakan;
f.
Menghemat tenaga
pustakawan.
Selain kelebihan tersebut, layanan terbuka juga memiliki beberapa
kelemahan antara lain adalah :
a. Pemakai cenderung mengembalikan bahan
pustaka seenaknya, sehingga mengacaukan dalam penyusunan bahan pustaka di rak;
b. Lebih besar kemungkinan kehilangan bahan
pustaka;
c.
Perlu pengawasan secara ketat;
d.
Tidak semua pemakai paham benar dalam mencari bahan
pustaka di rak apalagi jika koleksinya sudah banyak;
e. Bahan pustaka lebih cepat rusak;
f. Terjadi perubahan susunan bahan pustaka di rak, sehingga perlu
pembenahan terus menerus.
Cara Pelaksanaannya :
a.
Pemakai langsung mencari bahan pustaka di rak, atau
mengecek terlebih dahulu di katalog;
b.
Bahan pustaka yang sudah ditemukan segera dibawa ke
ruang baca;
c.
Setelah selesai dibaca, pemakai mengembalikan bahan
pustaka tersebut ke tempat yang sudah ditentukan petugas;
d.
Apabila bahan pustaka akan dipinjam untuk dibawa
pulang, maka pemakai harus membawa ke bagian petugas pencatatan peminjaman;
e. Pemakai dapat memilih lagi bahan pustaka
lain ke dalam rak.
2.
Layanan Tertutup (closed access)
Pada akses layanan ini, koleksi tertutup bagi pemakai, dalam arti pemakai
tidak boleh langsung mengambil bahan pustaka di rak, tetapi petugas
perpustakaan yang akan mengambil. Dengan menggunakan akses ini petugas akan
lebih sibuk karena harus mencari bahan pustaka di rak, terutama pada jam-jam
sibuk pada saat banyak pemakai yang memerlukan bahan pustaka. Tujuan akses
layanan ini memberikan layanan secara terbatas kepada pemakai tidak dapat
mencari bahan pustaka yang dibutuhkannya di rak, tetapi akan dilayani oleh
petugas. Oleh karena itu, pemakai harus mencari nomor panggil bahan pustaka
melalui katalog yang disediakan.
Kelebihan menggunakan
layanan tertutup adalah sebagai
berikut :
a. Bahan pustaka tersusun rapi di rak, karena
hanya petugas yang mengambil.
b. Kemungkinan kehilangan bahan pustaka
sangat kecil
c.
Bahan pustaka tidak cepat rusak
d.
Penempatan kembali bahan pustaka yang telah digunakan
ke rak lebih tepat
e.
Pengawasan dapat dilakukan secara longgar
f.
Proses temu kembali lebih efektif
Adapun kekurangan dengan
menggunakan akses layanan tertutup
adalah sebagai berikut :
a. Pemakai tidak bebas dan kurang puas dalam
menemukan bahan pustaka
b. Bahan pustaka yang didapat kadang-kadang
tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai
c.
Katalog cepat rusak
d. Tidak semua pemakai paham dalam
menggunakan teknik mencari bahan pustaka melalui katalog
e. Tidak semua koleksi dimanfaatkan dan
didaya gunakan oleh pemakai
f.
Perpustakaan lebih sibuk
Cara pelaksanaannya :
a. Pemakai mencari data koleksi melalui
katalog.
b. Pemakai mencatat judul bahan pustaka dan
nomor panggil pada bon permintaan atau peminjaman
c. Pemakai memberikan bon peminjaman kepada petugas.
d. Petugas mencari bahan pustaka ke rak,
menemukan bahan pustaka, dan menyerahkan kepada pemakai.
e. Pemakai membawa bahan pustaka ke ruang
baca.
f. Apabila bahan pustaka dapat dipinjam untuk
dibawa pulang, pemakai melaporkan kepada pencatat sirkulasi.
3.
Layanan Kombinasi (Gabungan)
Adakalanya perpustakaan
menerapkan kedua sistem di atas (terbuka dan tertutup) secara bersamaan. Untuk
koleksi umum misalnya menerapkan sistem terbuka sedangkan untuk koleksi khusus,
seperti skripsi, tesis, buku-buku rujukan
menerapkan sistem tertutup.
H. Sistem Peminjaman
Dalam perkembangannya sistem peminjaman di Perpustakaan mengalami banyak perubahan sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi. Ada bebarapa sistem peminjaman yang dapat diterapkan di Perpustakaan. Setiap sistem memiliki kelebihan dan kelemahan. Diantara sistem-sistem tersebut yaitu :
1.
Sistem Ledger
Sistem ini menggunakan catatan
peminjaman melalui pencatatan dalam buku khusus, setiap halaman diperuntukkan
satu nama peminjam. Pada setiap halaman tersebut dicatat alamat peminjam, dan
dibuat kolom-kolom yang berisi data judul buku yang dipinjam, tanda buku atau
nomor panggil, tanggal peminjaman, nama pengarang, edisi, tanggal harus kembali,
dan dilengkapi dengan tanda tangan peminjam. Setiap kali peminjam meminjam buku
maka biodata buku yang dipinjam beserta tanggal pinjam dan tanggal kembali
dicatat dalam buku tersebut, kemudian ditanda tangani oleh peminjam sebagai
bukti peminjam. Bila peminjam mengembalikan buku, petugas cukup mengetahui nama
peminjam dan mencocokkan data peminjaman dalam buku. Selain menggunakan buku
catatan, sistem ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan kartu-kartu, yang
dirinci sesuai dengan nama peminjam. Kartu-kartu tersebut disusun secara
alfabetis sesuai dengan nama peminjam. Sistem ini lebih tepat bila digunakan di
perpustakaan kecil.
2.
Sistem Dummy
Sistem ini menggunakan karton atau papan kayu yang dibungkus kertas yang
ukurannya sama dengan buku, kemudian ditulis lengkap data buku, yaitu nomor
panggil, pengarang, judul buku. Pada saat buku dipinjam, maka ditulis nama
peminjam, nomor peminjam, dan kapan buku harus kembali. Karton atau papan kayu
pengganti buku tersebut diletakkan di rak, ditempat buku yang sedang dipinjam.
Sistem lama ini kemudian berkembang menjadi sistem “slip”.
3.
Sistem Slip
Sistem ini menggunakan slip yang berisi data tentang peminjaman dan data
yang berisi catatan buku yang dipinjam. Dicatat data bukunya dalam slip buku,
kemudian slip itu disimpan dalam meja peminjaman. Slip ini kemudian
dikembangkan menjadi kartu buku yang dimasukkan ke dalam kantong buku. Setiap
kali ada peminjaman tinggal nama peminjam dan tanggal harus kembali yang
ditulis.
4.
Sistem Kartu Buku
Sistem ini menggunakan kartu buku dan ditempatkan pada setiap buku dan
kartu keanggotaan atau peminjaman, agar buku-buku yang dipinjam oleh pembaca
dapat sekaligus terlihat. Sistem ini banyak digunakan di Perpustakaan
sekolah. Kartu buku ini dibuat dengan cara pada bagian atas dibuat kolom yang
berisi kata PENGARANG dan JUDUL, sedangkan catatan lain pada bagian bawah
pengarang dan judul ditulis kolom tanggal peminjaman dan nama peminjam. Bila
buku dipinjam, maka kartu dicabut kemudian pada kolom tanggal ditulis tanggal
harus kembali, sedangkan pada kolom nama peminjam ditulis nama peminjam. Kartu ini kemudian disusun menurut tanggal
kembali, nama menurut nama pengarang.
5.
Sistem Newark
Sistem ini mulai digunakan pada tahun 1900 oleh
Perpustakaan umum New Jersey, Perpustakaan
umum di Amerika Serikat kebanyakan menggunakan sistem ini karena
dianggap paling mudah, aman, dan
efektif. Sistem ini memerlukan beberapa peralatan seperti berikut ini :
a.
Kartu peminjam
untuk anggota Perpustakaan yang berisi nama, alamat, nomor pendaftaran, tanggal
berakhirnya kartu anggota, tanda tangan anggota, kolom tanggal pinjam, dan
tanggal harus kembali. Rincian data-data tersebut ditulis dalam kolom-kolom
pada kartu peminjam.
b.
Kartu buku
berisi keterangan mengenai buku, termasuk didalamnya nomor panggil, pengarang,
judul, nomor induk, dan kolom untuk tanggal harus kembali, serta nama peminjam.
c.
Kantong buku
merupakan kantong yang diletakan pada bagian akhir buku, pada kantong ini
diketik nama pengarang, judul, serta nomor induk.
d.
Slip tanggal
diletakkan di bagian buku pada bagian akhir buku. Setiap tanggal berisi nomor
panggil, nomor induk, dan kolom tanggal peminjaman.
Pada sistem ini peminjam membawa buku yang akan dipinjam
beserta kartu anggota ke meja peminjaman. Petugas memberi cap tanggal harus kembali
pada kartu peminjam, slip tanggal, dan kartu buku. Peminjam diminta memberi tanda tangan ke kartu
buku. Buku dan kartu anggota diserahkan kepada peminjam. Kartu buku kemudian
dijajarkan menurut tanggal harus kembali. Dalam proses pengembalian buku, peminjam
harus menyertakan kartu anggota. Petugas memeriksa tanggal harus kembali yang
tertera pada slip tanggal. Petugas mencoret tanggal kembali yang tertera pada
kartu buku dan slip tanggal. Bila pengembalian buku terlambat, peminjam
diharuskan membayar denda. Kartu peminjam kemudian dikembalikan kepada anggota,
sedangkan kartu buku dimasukkan kembali kedalam kantong buku. Apabila peminjam
ingin memperpanjang pinjaman buku tersebut, petugas menggambil kartu buku dari
jajaran peminjaman, kemudian membubuhkan stempel batas waktu harus kembali yang
baru. Jika batas waktu peminjam melebihi, setiap nomor panggil bukunya harus
dicatat dan dicocokkan dengan nomor kartu anggota yang meminjam buku tersebut.
Peminjam diberitahu berapa denda yang harus dibayar ke perpustakaan.
Buku yang
dipesan oleh pembaca lain, kartu bukunya berada dimeja peminjam pada kartu buku
tersebut diselipkan kertas pemesanan yang diberi nama, alamat dan nomor kartu
peminjaman. Kemudian setelah buku dikembalikan dari peminjam pertama buku ditahan
dan dibuatkan pemberitahuan kepada pembaca yang memesan.
6.
Sistem Peminjaman Detroit
Sistem peminjaman ini hampir sama dengan sistem peminjaman Browne, hanya
ada beberapa perbedaan misalnya slip batas waktu kembali diganti dengan kartu
yang diberi tanggal terlebih dahulu dan dimasukkan kedalam kantong kartu buku,
kartu peminjam diganti dengan kartu identifikasi. Peminjam sendiri yang
menuliskan nomor anggota peminjam kedalam kartu buku. Sistem ini memerlukan
beberapa peralatan, antara lain : jajaran pendaftaran anggota disusun menurut
abjad menjadi satu, kartu jati diri peminjam, kartu buku berisi nomor panggil
buku, nama pengarang, judul, kartu tanggal kembali untuk menyatakan lamanya
peminjaman, kantong kartu buku berisi nomor panggil buku, pengarang, judul,
stempel, kotak tempat menyusun kartu buku, slip denda, kertas statistik
sirkulasi, dan kartu pos pemberitahuan.
Peminjam yang ingin meminjam, mengambil buku yang akan dipinjam,
menuliskan identitas diri pada kartu buku. Buku dan kartu identitas peminjam
diberikan kepada petugas. Buku diberikan kepada peminjam, kartu buku disimpan
pada kartu buku. Kartu identifikasi peminjam dikembalikan, atau dimasukkan
kedalam kartu buku yang sudah dipisahkan antara buku fiksi dan non fiksi dan
disusun menurut abjad.
Pada saat buku dikembalikan di meja peminjaman, harus dicek terlebih
dahulu tanggal kembali, jika melebihi batas waktu peminjaman diperhitungkan
dendanya. Ambil kartu buku dari kotak kartu buku yang disusun berdasarkan kartu
kembali, kemudian masukkan ke kantong buku. Kartu tanggal kembali diambil dari
buku yang dipinjam dan disimpan.
Sistem ini sangat praktis dan menghemat waktu, baik untuk petugas maupun
untuk pemakai. Kartu buku dapat dipakai lebih lama, kepadatan di meja
peminjaman dapat dihindari, karena batas tanggal kembali sudah disiapkan. Buku
yang dipinjam dapat diketahui siapa peminjamnya dan kapan harus kembali dari
kartu buku. Peminjam dapat menggunakan kartu peminjam pada cabang lain, jika
Perpustakaan tersebut memiliki banyak cabang.
7.
Sistem Browne
Sistem ini menggunakan tiket yang berbentuk kantong diberikan kepada setiap anggota perpustakaan.
Jumlah tiket yang diberikan tergantung pada kebijakan masing-masing
Perpustakaan. Satu tiket adalah untuk
satu judul buku. Tiket anggota ini berisi identitas, nomor anggota nama serta
alamat. Apabila seseorang akan meminjam bahan pustaka maka menyerahkan tiketnya. Kartu buku yang berisi nomor panggil,
nomor induk buku, pengarang, judul, edisi, dan tahun terbit. dimasukkan dalam kantong buku diletakkan pada
akhir buku di sebelah dalam kiri bawah. Label atau slip tanggal kembali
diletakkan pada akhir buku, biasanya berhadap-hadapan dengan kantong buku. Pada
slip tanggal kembali dicantumkan kapan tanggal buku yang dipinjam harus dikembalikan. . Bila peminjam ingin meminjam maka petugas
mencabut kartu buku dari kantong kemudian dimasukkan ke tiket pembaca. Tanggal harus kembali ditulis pada
slip tanggal. Kantong buku kemudian disusun menurut tanggal kembali. Bila
tanggal kembali yang sama terdapat berbagai kantong buku, maka kantong buku
disusun menurut nomor panggil. Bila anggota mengembalikan buku yang dipinjamnya,
lokasi kartu buku dicari berdasarkan tanggal pada slip tanggal serta rincian
identifikasi buku yang lain. Tiket buku kemudian dikembalikan pada anggota pada
sedangkan kartu buku dimasukkan kembali ke kantong.
I. Pemeliharaan Koleksi
Pemeliharaan
koleksi perpustakaan merupakan kegiatan yang cukup penting, tanpa pemeliharaan,
koleksi perpustakaan akan cepat rusak atau bahkan punah. Tujuan pemeliharaan
antara lain memperpanjang usia koleksi.
1. Kegiatan Pemeliharaan Koleksi
Kegiatan pemeliharaan koleksi, meliputi :
a. Reproduksi
Reproduksi dilakukan terhadap koleksi langka yang hendak dilestarikan.
Selain itu reproduksi juga dilakukan atas bahan pustaka yang mudah rusak karena
jenis kertasnya, ataupun bentuknya.
Reproduksi dilakukan dengan cara :
1)
Foto Copy;
2)
Membuat bentuk mikro;
3)
Membuat duplikasi dari bahan pustaka bukan buku dan
koleksi yang sering digunakan.
b. Penjilidan
Kegiatan
ini dilakukan terhadap :
1)
Koleksi yang sampulnya rusak;
2)
Koleksi yang terlalu tipis;
3)
Koleksi yang jilidannya lepas;
4) Buku yang halaman dalamnya lepas;
5)
Sekumpulan majalah lepas.
Penjilidan dapat dikejakan oleh
perpustakaan sendiri atau oleh pihak lain. Kegiatan penjilidan harus dilakukan dengan mengikuti tata laksana
sebagai berikut :
1) Mengumpulkan koleksi yang akan dijilid;
2)
Memberi tanda pada kartu-kartu kotalog bahan pustaka
yang dalam proses penjilidan;
3)
Membuat lembar petunjuk rangkap dua, lembar pertama
dimasukkan ke dalam bahan pustaka yang akan dijilid, lembar kedua disimpan
sebagai arsip.
c. Laminasi
Pelestarian naskah (manuskrip) dan dokumen penting dilakukan dengan cara
laminasi, yaitu memberi pelindung plastic agar bahan pustaka tersebut tidak
koyak atau hancur. Terhadap bahan pustaka ini dapat dilakukan penyemprotan
dengan bahan kimia.
d. Penyiangan
Bahan
pustaka yang dapat dikeluarkan dari koleksi disebabkan karena :
1) Isinya sudah tidak sesuai lagi;
2) Perpustakaan sudah memiliki edisi
yang terbaru;
3) Rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi;
4)
Isinya tidak lengkap lagi;
5)
Jumlahnya terlalu banyak dan jarang digunakan;
6)
Terlarang.
Cara penyiangan :
1)
Memilih bahan pustaka yang akan dikeluarkan dari
koleksi;
2)
Mengeluarakan kartu catalog bahan pustaka yang
dikeluarkan dari koleksi bila bahan tersebut merupakan satu-satunya yang
dimiliki perpustakaan;
3)
Memberi tanda atau cap pada bahan pustaka yang
dikeluarkan dari koleksi, agar diketahui bahwa bahan pustaka tersebut bukan
lagi milik perpustakaan;
4)
Mengirimkan bahan pustaka yang masih dapat dimanfaatkan
orang lain sebagai hadiah atau bahkan tukar menukar;
5)
Memusnahkan bahan pustaka yang sudah tidak dapat
digunakan lagi.
2.
Faktor Perusak Bahan Pustaka dan Cara
Mengatasinya
a. Faktor Fisik
1)
Keausan yang terjadi karena perlakuan yang kurang tepat
terhadap bahan pustaka pada saat pengiriman, penempatannya di rak, frekuensi
pemakaian, pengangan yang salah oleh pengguna atau petugas pada waktu
pengambilan dan penempatan kembali pada rak.
2) Debu dan kotoran yang terjadi karena
kurang bersihnya lingkungan perpustakaan;
3) Cahaya matahari yang langsung mengenai
bahan pustaka.
Cara mengatasi kerusakan atau pencegahan
kerusakan karena factor fisik ini adalah :
1) Bahan pustaka diperlukan dengan hati-hati
pada waktu pengiriman, penempatan dan pengambilan pada rak, waktu membaca,
membuka dan menutup buku;
2) Bahan yang mudah rusak harus dijilid
terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam koleksi;
3)
Memelihara
kebersihan gedung dan lingkungan sekitar perpustakaan. Gunakan alat
pendingin (AC) bila memungkinkan;
4)
Hindarkan bahan pustaka dari cahaya matahari langsung.
b. Faktor Kimiawi atau Iklim
1)
Kelembaban udara yang terlalu tinggi;
2)
Suhu udara yang fluktuatif;
3) Reaksi kimia yang terjadi karena proses
oksidasi dan hidrolisa materi bahan pustaka;
4)
Pencemaran udara.
Cara
mengatasi factor kimiawi ini adalah :
1)
Mengurangi kelembaban, mengatur suhu udara dan
mengurangi pencemaran udara dengan pengaturan ventilasi yang baik, memasang
kipas penghisap udara (exhaustfan),
atau memasang pendingin ruangan (AC) apabila memungkinkan;
2) Tidak terlalu rapat dalam menempatkan
bahan pustaka;
3) Koleksi microfilm atau mikrofis sebaiknya
disimpan dalam kotak berbahan kayu atau polyster, dan bukan logam.
c. Faktor Hayati
Beberapa faktor hayati
perusak pustaka antara lain :
1)
Jamur (cendawan);
2) Serangga, seperti kecoak dan ngengat;
3)
Hewan pengerat, terutama tikus.
Beberapa
cara mengatasi faktor-faktor
hayati di atas adalah sebagai berikut :
1)
Kerusakan yang disebabkan oleh jamur (cendawan) dapat
diatasi dengan :
a)
Mengurangi kelembaban udara;
b)
Menghindari adanya debu, kotoran, minyak atau bahan
organic lainnya;
c)
Tidak menggunakan perekat yang mengandung amylum untuk
menjilid tetapi bahan sintetis seperti misalnya polyninyl acetat;
d) Mengatur suhu udara ruangan agar tidak
terlalu dingin;
e) Menggunakan bahan fungisida untuk membasmi
cendawan (dengan bantuan ahli)
f) Menggunakan larutan kimia yang tidak
berbahaya bagi manusia.
2) Kerusakan karena serangga dapat diatasi
dengan :
a) Mengatur kelembaban udara dalam ruangan
dengan sekitar 50 %;
b)
Mengatur suhu ruangan sekitar 20 – 24 Celcius.
c)
Memelihara kebersihan ruangan;
d) Mengadakan fumigasi dengan bantuan ahli.
3) Hewan pengerat dapat diatasi dengan :
a)
Memelihara kebersihan ruangan;
b) Tidak meninggalkan sisa makanan dalam
ruangan;
c)
Menggunakan bahan pembasmi tikus.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 25 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Pepustakaan Sekolah/Madrasah.
Perpustakaan
Nasional RI. Pedoman Perpustakaan Sekolah
IFLA/UNESCO=The IFLA/UNESCO School Library Guidelines. Jakarta, 2006.
Perpustakaan
Nasional RI. Pedoman Umum Pengelolaan
Koleksi Perpustakaan Perguruan
Tinggi. Jakarta, 2002.
Perpustakaan
Nasional RI. Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan Khusus. Jakarta,
2002.
Perpustakaan
Nasional RI. Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan Umum. Jakarta, 2001.
Perpustakaan
Nasional RI. Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan Sekolah. Jakarta,
2001
Yahyono, Yoyo
& Fadli. Layanan Perpustakaan : Bahan Ajar Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli,
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2004.
Yahyono, Yoyo
& Fadli. Layanan Perpustakaan : Bahan Ajar Diklat Teknis Pengelolaan
Perpustakaan, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2004.
Wynn Resorts, Limited - Company Profile and News
ReplyDeleteWynn Resorts, Limited (WYNN:NASDAQ) is 대구광역 출장마사지 a global 김제 출장마사지 entertainment company 사천 출장마사지 with offices in Las Vegas, Macau, Costa di Mare, Macau, and Tokyo. Founded in 1999, Wynn Resorts ADDRESS: Wynn Las Vegas, 3131 안산 출장안마 Las Vegas 수원 출장마사지